Daily Seeking GodRenungan Harian

Terhina Dalam Pencarian


Mencari Tuhan, menghidupi FirmanNya, menjalankan misiNya adalah fokus utama para pencari kebenaran. Dalam perjalanan pencarian tersebut, ada proses yang terus berulang dari masa ke masa, dari pribadi ke pribadi. Penghinaan.

Keunikan perjalanan iman (sebuah pilgrimage) selalu diwarnai orang-orang yang menghina dan mencemooh. Nilai-nilai yang berbeda, sampai kepada kebencian yang muncul dari rasa iri hati dan tidak nyaman karena kebenaran membuat hinaan dan cemooh adalah bagian yang harus dilewati para pencari kebenaran.

Yesus dari Nazaret sendiri mengalami hinaan dan cemooh, dan Dia menanggungnya untuk sampai kepada kesempurnaan perjalanan di Golgota.
Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit (Luk 18:32-33).

Penghinaan adalah sebuah tindakan yang merendahkan orang lain. Akibat dari sebuah hinaan adalah rasa marah, benci, tidak nyaman, jengkel, dan banyak emosi negatif lainnya. Tapi orang-orang yang sudah menemukan kebenaran dan menghidupinya bisa melewati penghinaan dengan emosi positif, bahkan kegembiraan. Luar biasa.

Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (Kis 5:41). Para rasul ini seperti Musa (Ibr 11:26) memperlihatkan bagaimana dia bisa melewati proses penghinaan ini dengan terus menatap kepada upah. Artinya, mereka melihat yang tidak terlihat. Mereka melihat kebenaran.

Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. (Ibr 11:26). Kita tidak menyukai hinaan, tapi kita mampu hidup terhina karena Kristus dan hidup dalam kebenaranNya. Bahkan mengubah hinaan itu menjadi kegembiraan dan melihatnya sebagai sebuah kekayaan Ilahi.- hs –

Daily Seeking God
– 10 Tahun Perenungan Mencari Tuhan –
Daily Seeking God adalah kumpulan tulisan Hanny Setiawan selama 10 tahun.  Ditulis secara spontan ketika ada pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri.  Dengan mengikuti “renungan harian” ini diharapan bisa mengerti pergumulan batin selama 2009-2019 penulis.

Comments

Related Articles

Back to top button