Pendalaman AlkitabTeologi

Apakah Yesus benar-benar Allah?


crucifixion

BeritaMujizat.com – Teologi –  Apakah Yesus benar-benar Allah? Atau Ia hanya manusia yang diangkat sebagai Allah? Pertanyaan ini sangat tajam dan berpotensi sangat besar untuk menghancurkan kekristenan, mengapa? Jika Yesus bukan Allah, maka seluruh pengajaran Kristen tidak berguna sama sekali.

Selain itu, jika kaum Kristen tidak bisa menjawab pertanyaan ini, maka kekristenan akan gugur begitu saja. Masalahnya, Yesus sendiri tidak pernah mengakui secara eksplisit (terang-terangan) dalam Alkitab bahwa Dia adalah Allah. Kenyataan ini tentu akan digunakan oleh kaum di luar Kristen untuk menyerang kekristenan.

Di dalam sebuah kesempatan, seorang teolog Muslim bernama Ahmed Deedat berkata, “Jika Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Allah, maka semua masalah yang menyangkut ketuhanan Yesus telah terpecahkan.” Memang kita harus mengakui bahwa Yesus tidak pernah berkata secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah, tetapi bukan berarti status Yesus sebagai Allah tidak bisa diketahui dengan pasti.

Apa yang kita perlu lakukan adalah merekonstruksi pengajaran yang tercatat di dalam Alkitab mengenai ketuhanan Yesus. Untuk bisa melakukan hal ini, kita perlu yakin terlebih dahulu dengan otoritas Alkitab sebagai dokumen ilahi yang turun dari Allah dan dokumen sejarah yang bisa dipercaya.

Alkitab ada karena Allah mengizinkannya, dengan kata lain semua isi di dalamnya telah mendapat restu dari Allah. Selain itu, Alkitab juga dokumen sejarah yang telah diakui validitasnya sehingga tidak perlu diragukan lagi bahwa cerita yang ada di dalamnya benar benar terjadi dalam sejarah. Berangkat dari cara pandang ini, kita akan mulai membangun argumentasi untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

Di bawah ini, saya akan menjelaskan beberapa hal dapat membuktikan bahwa Yesus adalah Allah. Pertama, jika mengamati lebih jauh kisah penciptaan (Kej. 1) dan kisah Yesus menghardik angin taufan (Mrk. 4:35-41), maka kita akan melihat bahwa Yesus adalah pribadi yang kedudukannya sejajar dengan Allah, mengapa? Dalam Kejadian 1, Allah mengusir kegelapan dari samudera raya dan menggantinya dengan terang. Di dalam pemikiran Yahudi, samudera dan kegelapan melambangkan sebuah kekacauan, kejahatan, kengerian, iblis dan seterusnya.

Hanya Allah-lah yang hadir dan membuktikan bahwa Ia mampu mengalahkan semua itu. Mengapa Allah mampu mengalahkan semua itu? Karena Ia adalah pribadi kekal yang memang lebih tinggi dari semua itu.

Lalu sekarang kita mencoba melihat apa yang dilakukan Yesus di dalam Markus 4:35-41 ketika Ia menghardik angin taufan. Latar cerita ini kurang lebih sama dengan Kejadian 1, ada kegelapan, kekacauan dan ketakutan di sana. Di malam yang gelap itu, murid-murid mengalami ketakutan karena kekuatan alam yang begitu dahsyat.

Tetapi, Yesus bangun dan menghardik kekuatan alam tersebut sampai orang berkata, “orang macam apakah Dia ini sehingga danau dan angin taat pada-Nya?”. Ia mengalahkan segala ketakutan dan kekacauan malam itu. Mengapa Yesus mampu melakukkannya? Karena Ia adalah pribadi kekal yang memang lebih tinggi dari semua itu.

Apa yang dilakukan Yesus ini sebenarnya untuk menunjukkan bahwa diri-Nya juga mampu melakukan apa yang Allah lakukan. Dengan kata lain, Ia sedang ingin menempatkan diri sejajar dengan Allah, atau Ia ingin menunjukkan bahwa Dialah Allah. Bukti lain yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah adalah ketika Ia mengampuni dosa manusia.

Berkali-kali di dalam Injil Yesus berkata, “dosamu sudah diampuni” (Mat. 9:2, Mrk: 2:5, Luk 5:20; 7:28). Mengapa hal ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah? Sederhana saja, jika ada orang yang berbuat salah kepada anda, kemudian saya tiba-tiba datang dan berkata bahwa saya mengampuni orang itu, tentu tindakan saya adalah tindakan yang kurang ajar.

Satu-satunya orang yang berhak mengampuni orang tersebut adalah anda, karena ia berbuat salah kepada anda, bukan kepada saya. Sama halnya dengan dosa, dosa adalah pelanggaran kepada Allah, tentu hanya Allah yang berhak megnampuni dosa. Oleh karena itu, jika Yesus mengampuni dosa, maka sebenarnya Dia adalah Allah itu sendiri.

Kedua, Alkitab mencatat bahwa sifat-sifat yang dimiliki Allah juga dimiliki oleh Yesus. Misalnya, Yesus sempurna seperti Allah juga sempurna (Yoh. 14:9, Kol. 1:15, Ibr. 1:3), Yesus telah ada sebelum semua ciptaan dan kekal, tidak diciptakan dan tidak berubah (Yoh. 1:1-3, Kol. 1:15-17, Ibr. 1:2; 10-12, 13:8), Yesus memiliki kasih yang sempurna seperti yang dimiliki Allah (Rm. 8:35-39, Why. 1:5) dan seterusnya.

Kita percaya bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang sama dengan Allah, oleh karena itu jika ada pribadi yang memiliki sifat seperti Allah, maka sebenarnya Dia adalah Allah itu sendiri. Selain itu, Yesus juga disembah oleh orang percaya mula-mula dan bahkan iblis menyembah Yesus (Mrk. 5:6-7). Penyembahan tentu hanya ditujukan kepada Allah atau sesuatu yang dianggap allah.

Dalam hal ini, bukti-bukti yang dipaparkan di atas telah menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, bukan sesuatu yang dianggap allah. Poin terakhir, yang sangat penting untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yaitu kebangkitan-Nya. Allah secara aktif membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Hal ini menunjukkan bahwa Allah setuju dengan klaim-klam/fakta-fakta mengenai Yesus Kristus.

Lewat hal ini Allah Bapa seakan sedang berkata, “Ya, Aku setuju bahwa Engkau (Yesus) adalah Allah yang sama seperti Aku.” Tentu jika Allah Bapa tidak setuju dengan apa yang dikerjakan Yesus, Dia tidak akan membangkitkan-Nya.

Dapat disimpulkan Memang Yesus tidak pernah berkata secara eksplisit bahwa Dia adalah Allah di dalam Alkitab. Tetapi, jika pengajaran mengenai Yesus di dalam Alkitab direkonstruksi seperti di atas, maka akan terlihat bahwa Yesus sebenarnya adalah Allah itu sendiri, bukan manusia yang diangkat sebagai Allah.

Pengajaran inilah yang harus kita hidupi sebagai orang Kristen sampai akhir hayat kita, yaitu Yesus adalah Allah sejati yang telah menyelamatkan kita. Semoga tulisan yang tidak sempurna ini dapat bermanfaat untuk membangun iman kita.

 

Penulis    : Yahya Alfa Wiwaha (Institut Karismatik Reformasi Indonesia)

Literatur :   “I Don’t Have Enough Faith to be an Atheist” (Geisler & Turek), “Menempatkan Yesus di Tahta-Nya (Robert W Bowman Jr dan J.Ed Komoszewki) 

 

 

 

 

Comments

Related Articles

Back to top button