Renungan

Persembahan yang Hidup – 8 Januari


roc

… Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, … diikatnya Ishak, … dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. 
(Kejadian 22:9) 

 

Intro:

“All to Jesus I surrender”, atau “Berserah Kepada Yesus” (KJ 364) merupakan salah satu kidung yang sangat dikenal. Namun, apa arti dan bagaimana sesungguhnya “mempersembahkan hidup” seperti yang dimaksudkan Tuhan? Seperti Abrahamkah? Renungan dengan judul “Persembahan yang Hidup” mengajak kita melihat dan menghidupinya lebih jauh.

 

 

Renungan:

Peristiwa ini sering memberikan sebuah gambaran keliru dalam pemikiran bahwa hal mendasar yang diinginkan Allah dari kita ialah mati sebagai korban persembahan.

Sesungguhnya yang diinginkan Allah adalah pengorbanan melalui kematian yang menyanggupkan kita untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh Yesus, yaitu mempersembahkan hidup kita. Bukannya, “Tuhan, aku bersedia … mati bersama-sama dengan Engkau,” (Lukas 22:33) melainkan “Aku bersedia dipersatukan dengan kematian-Mu agar aku boleh mempersembahkan hidupku kepada Allah.”

Agaknya kita berpendapat bahwa Allah ingin kita melepaskan segala sesuatu! Allah meluruskan Abraham dari kekeliruan ini dan proses serupa juga berlangsung dalam hidup kita. Allah tidak pernah menyuruh kita melepaskan segala sesuatu hanya demi melepaskannya saja, melainkan Dia menyuruh kita melepaskannya demi memperoleh satu-satunya hal yang patut dimiliki, yaitu kehidupan bersama Dia sendiri. Hal ini merupakan persoalan melepaskan ikatan yang merintangi hidup kita. Segera setelah ikatan tersebut lepas melalui persatuan (identifikasi) dengan kematian Yesus, kita masuk dalam hubungan dengan Allah, dengan (jalan) mana kita dapat mempersembahkan hidup kita bagi-Nya.

Tidak ada nilai atau artinya bagi Allah bila Anda menyerahkan hidup Anda kepada-Nya untuk kematian. Dia ingin Anda menjadi “persembahan yang hidup” — untuk mengizinkan Dia memiliki semua kekuatan Anda yang telah diselamatkan dan dikuduskan melalui Yesus (Roma 12:1). Hal inilah yang berkenan kepada Allah.

Penulis : Oswald Chambers
Sumber : Sabda.Net, M. Agustinus Pur

Comments

Related Articles

Back to top button