Editorial

Perang Media Masa Kini, Manifestasi Peperangan Kosmik Antara Dua Kerajaan


Screen Shot 2017-02-14 at 3.48.45 PM

BeritaMujizat.com – Editorial – Berkembangnya teknologi telah memperlihatkan wajah asli umat manusia. Yang dahulunya tersimpan di sudut-sudut peradaban, sekarang terlihat terang benderang di panggung sosial media.

Ada yang sudut pandang yang mengatakan bahwa sosial media, dan online media telah merubah masyarakat menjadi lovers and haters. Tapi sebenarnya yang terjadi adalah dunia online telah membuktikan sifat asli manusia seperti apa yang dikatakan Firman Tuhan, yaitu manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaanNya (Rom 3).

Teknologi hanyalah alat manusia untuk memenuhi keinginannya.

Ketika manusia tidak bisa terbang, maka manusia menciptakan pesawat.

Ketika manusia tidak mau mati, manusia mengembangkan teknologi kedokteran.

Ketika manusia mau berkomunikasi jarak jauh, manusia menciptakan telpon, chat, dan alat komunikasi lainnya.

Ketika manusia tidak bisa berenang seperti ikan, maka manusia menciptakan peralatan selam.

Daftar ini bisa terus bertambah karena manusia memiliki banyak keinginan. Dan keinginan yang terutama adalah manusia INGIN BERKUASA dan menjadi seperti Tuhan. Tawaran si jahat di Eden selalu menjadi tawaran untuk kita semua. Kita ambil atau tidak.

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kej. 3:4-5)

Janji HOAX pertama yang menjadi sumber segala keinginan daging manusia adalah menjadi seperti Allah. Artinya, tanpa kasih karunia Tuhan, manusia memiliki tendensi alamiah untuk mengejar menjadi tuhan-tuhan kecil.

Teknologi sebagai alat  manusia untuk memenuhi keinginan ambisius manusia untuk berkuasa dan akhirnya menjadi seperti Tuhan.

***

Dengan perspektif ini kita bisa melihat bahwa peperangan media yang terjadi secara global bukan hanya karena kemajuan teknologi. Tapi lebih tepatnya adalah sebuah manifestasi.  Manifestasi manusia untuk berkuasa sehingga menggunakan semua cara untuk sampai ke posisi yang diinginkan.

Manifestasi perjuangan memperebutkan kekuasaan (power struggle) bisa dilihat dari level organisasi, perusahaan (bisnis), sampai kekuasaan negara (politik). Spirit yang sama ada disetiap level itu.  Dalam istilah yang dipakai Yesus, mungkin bisa disebut sebagai ragi Herodes (mark 8:14-21).

Herodes melambangkan raja yang tidak mau ada saingan, harus menjadi yang nomer satu dan teratas. Ragi ini sudah mengkhamiri mimbar-mimbar, kantor-kantor bisnis bahkan institusi-institusi pendidikan, apalagi dalam dunia politik. Keinginan untuk sukses dan menjadi nomer satu membutakan rambu-rambu untuk menjadi benar apapun situasinya.

Pertempuran antara kebenaran dan kebohongan yang sangat transparan di dunia media tak lebih dan tak kurang karena keinginan menjadi nomer satu, sukses, dan paling benar.  Media hanya corong dari pemikiran, ide, gagasan, kepercyaan yang melahirkan kepentingan.

Disaat sepert ini, anak-anak Tuhan tidak boleh berdiam, tapi harus ikut berperang. Perang melawan kebohongan, hoax, tipu daya, dan manipulasi informasi dan data. Menyatakan kebenaran disemua level dan menghidupinya.

Peperangan itu sudah ada bahkan masuk dirumah-rumah kita melalui smartphone, tv, tablet, dan alat-alat media lain. Sejak dini anak-anak sudah harus diajar memilah antara fakta dan opini, kebenaran dan kebohongan.

Kebenaran itu memerdekakan (Yoh 8:32).  Artinya, hidup dalam kebohongan adalah hidup dalam penjajahan. Kita yang hidup dalam kemerdekaan harus membantu melenyapkan “penjajah kebenaran” dari seluruh aspek hidup kita.  Mulai dari menuliskan kebenaran, kita akan melihat perubahan.

 

Penulis : Hanny Setiawan

 

 

 

Comments

Related Articles

Back to top button