RenunganSpiritualitas

Belajar Arti Kesatuan dari Peristiwa Menara Babel


AAEAAQAAAAAAAAIlAAAAJGJjNzMxZTdiLWJjYTYtNDE5Yy1hYzA5LTY1YWU2NTU0MWU5NABeritamujizat.com-Renungan-Kesatuan menjadi kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Banyak sekali  jargon-jargon yang bermunculan yang menggunakan kata-kata persatuan. Persatuan juga menjadi sila penting yang menjadi dasar utama negara ini.

Mengingat negara ini adalah  negara dengan keragaman yang sangat majemuk mulai dari suku, kebudayaan, dan bahasa. Oleh karena itu sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” menjadi hal penting yang harus terus diupayakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Berbicara tentang persatuan, ada satu kisah di akitab yang memiliki pesan terhadap kesatuan. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa pembangunan Menara Babel. Ketika itu, manusia masih memiliki bahasa dan logat yang sama.

Tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi, tidak ada gap, tidak ada mispersepsi dan misinterpretasi. They are literally one. Sampai pada akhirnya timbul keinginan di hati manusia untuk menjadi “semakin satu”. Awalnya, kita bisa katakan bahwa niat manusia ini luar biasa mulianya.

“Juga kata mereka: Marilah kita dirikan sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”” – Kejadian 11:4

Keinginan baik manusia tersebut ternyata tidak membuat hati Tuhan menjadi senang. Tuhan justru marah dengan apa yang dilakukan manusia tersebut.  Sebenarnya baik bukan keinginan manusia tersebut?

Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu Kej 11:8.

Lantas, apa yang membuat Menara Babel tidak menyenangkan hati Tuhan? Bukankah kesatuan juga merupakan keinginan hati Tuhan?

Mari kita lihat bagaimana cara manusia mewujudkan kesatuan itu, yaitu dengan mendirikan sebuah “kota” dan “menara”. Kota identik dengan satu hal yang terstruktur, tersistem, memiliki strata tertentu, dan yang jelas kota memiliki aturan-aturan yang seringkali mengikat entah dalam bentuk Perda, Pergub, peraturan apapun itu.

Sebuah “kota” memiliki pemimpin yaitu walikota. Dengan pengertian seperti ini, jelas manusia di masa itu ingin mengikatkan diri mereka dengan sistem dan struktur yang seringkali menghalangi keleluasaan Tuhan membentuk umatNya. Dengan pembentukan sebuah kota di masa itu, maka manusia sedang berusaha menggantikan kedaulatan Tuhan untuk berkuasa atas manusia.

Keinginan manusia untuk menegaskan kedaulatannya di bumi semakin dipertegas dengan dibangunnya menara, yang selanjutnya disebut menara Babel. Bangunan megah tersebut dapat menjadi sebuah kebanggaan besar yang sebenarnya rapuh di mata Tuhan.

Jika kita melihat perikop sebelumnya, disana ada cerita tentang air bah yang meluluh lantahkan bumi. Akan tetapi Tuhan menyisakan Nuh dan keluarga untuk menjutkan keturunannya. Melalui Nuh, sebenarnya Tuhan sedang merancang kehidupan yang baru untuk umat manusia.

Akan tetapi manusia tidak mengerti dan tidak memperdulikan hal tersebut. Oleh karena itu muncul keinginan dalam hatinya untuk mendirikan kota dan menara yang mampu menjaga dan menunjukan kekuatan mereka.

Pesannya adalah Indonesia tidak dapat dibangun dengan kegagahan manusia semata apalagi tanpa melibatkan Tuhan sebagai pusat dari segalanya. Kesatuan Indonesia harus muncul dari nilai-nilai luhur Ketuhanan.

Kekuatan apapun tidak akan sanggup merajut persatuan yang merupakan janji kemerdekaan bangsa ini. Oleh karena itu segala sesuatu akan menjadi sia-sia apabila kita mencoba mendirikan Menara Babel di bangsa ini.

 

Penulis : Alfanisa (Campus Awakening)

 

 

Comments

Related Articles

Back to top button