RenunganSpiritualitas

Awas Iblis sedang Berupaya Mengambil dan Menghancurkan Kekudusan dari Gereja


Foto diambil dari Unsplash @davidbeale

BeritaMujizat.com – Renungan – Saat ini kita sangat membutuhkan sebuah transformasi kebenaran tentang Kekudusan. Kita sedang menghadapi usaha sangat gencar dari Iblis untuk mencabut dan menghilangkan kebenaran tentang kekudusan dari Gereja.

Iblis benar-benar tidak ingin kita hidup kudus seperti apa yang Tuhan mau. Iblis tau benar kekudusan adalah rahasia besar yang mengungkap dan mengembalikan manusia pada hati dan rencana Tuhan.

Sebenarnya tidak sulit mengetahui arti dari kekududusan, karena kata kudus atau suci yang menerangkan tentang kekudusan tertulis di Alkitab sebanyak 776 kali dalam 698 ayat (dalam OT : 539 dalam 474 ayat) (dalam NT : 237 dalam 224 ayat). Akan tetapi fenomena yang ada saat ini menunjukan banyak orang gagal paham tentang kebenaran hidup kudus dalam Tuhan.

Budaya masyarakat posmo yang sangat dipengaruhi pemikiran liberal dan humanis, menempatkan kekudusan menjadi hal yang tidak populer bahkan dianggap sebuah kegilaan. Kekudusan dimaknai ulang dengan pemikiran dunia, yang membuat orang menjadi gagal paham tentang kekudusan.

Banyak orang enggan mencoba hidup kudus sesuai firman Tuhan karena tidak mau merasa terkekang dan terhakimi. Perasaan keniscayaan menjalan perintah Tuhan dengan sempurna sebagai manusia, menjadi pembenaran untuk berkompromi dan bergaul dengan dosa.

Disatu sisi  yang lain, kekudusan dijadikan sebagai sarana untuk saling menghakimi satu dengan yang lain. Gereja menjadi tempat yang sangat tidak aman dan nyaman untuk saling terbuka dan mengaku dosa. Orang menjadi enggan untuk menyatakan keterbukaan terhadap dosa karena takut diolok-olok, dan kehilangan penghormatan dalam Gereja.

Mereka juga takut hidup kudus karena takut dianggap sebagai orang yang eksklusif dan intoleran, yang memisahkan mereka dari orang-orang di sekitar mereka. Kekudusan dianggap sebagai label yang menunjukan orang tersebut terlalu gila dengan agama.

Semuanya itu tentu saja kebohongan dan tidak sesuai dengan kebenaran tentang kekudusan yang ditulis dalam Alkitab. Dalam Matius 5 : 8, Tuhan Yesus menyebut orang yang hidup kudus adalah orang yang berbahagia atau berkemenangan, bukan orang yang sedang terbeban atau tertindas.

Berbahagialah orang yang suci hatinya , karena mereka akan melihat Allah (Matius 5: 8). 

Kata bahagia dipakai Tuhan Yesus untuk menunjukan bahwa kekudusan bukan momok yang harus ditakuti oleh orang percaya. Tuhan tentu tidak ingin membebani kita dengan standart tentang kekudusan. Akan tetapi melalui kekudusan Tuhan rindu mengembalikan hak dan jatidiri manusia yang hilang karena manusia hidup dalam ketidakkudusan (dosa).

tetapi yang merupakan pemisahantara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu (Yesaya 52 : 2).

Dosa dan ketidakkudusan manusialah yang membuat Tuhan tidak dapat berkomunikasi dengan normal dengan manusia. Manusia sangat rentan dengan dosa, tidak ada satupun manusia yang tidak melakukan dosa karena memang naluri manusia adalah ingin melakukan dosa.

Selain itu kekudusan juga menunjukan sebuah panggilan yang mulai yang ingin diberikan Tuhan kepada manusia.  Orang percaya dituntut hidup kudus karena Tuhan ingin manusia jadi bait suciNya, dimana dia hadir dan bertahta.

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (1 Korintus 3 : 16)

Manusia seharusnya mendapat murka dan hukuman dari Allah arena telah jatuh dalam dosa. Akan tetapi Allah justru ingin tinggal dan bertahta atas manusia yang berdosa. Dia bahkan memberi yang terbaik agar manusia dapat menghidupi panggilan untuk jadi bait suci Allah.

Ketika kita dapat hidup kudus, tentu hubungan kita dengan Tuhan akan dapat berjalan dengan normal. Bahkan ayat tersebut jelas menyebut kita dapat melihat dan mengalami Tuhan secara nyata apabila dapat hidup kudus. Jelas sekali Tuhan tidak ingin menindas dan membebani manusia dengan kekudusan, melainkan menolong dan menyelematkan manusia dari penderitaan dosa.

Kekudusan juga bukan alasan untuk membenarkan tindakan diskriminatif terhadap orang yang sedang jatuh dalam dosa. Tuhan Yesus menunjukan kebenaran kekuduskan kepada perempuan berzinah yang sedang dihakimi oleh para ahli taurat. Hal tersebut menunjukan bahwa kekudusan seharusnya membawa seseorang pada pertobatan bukan pada penghakiman manusia.

Jika Tuhan Yesus memberi pengampunan terhadap dosa agar kita dapat kudus, tentulah tidak tepat apabila kita menggunakan kekudusan untuk menghakimi orang lain secara pandangan manusia. Justru kita harus saling membuka pengampunan agar kita dipulihkan dan dibebaskan dari pengaruh dosa.

Keterbukaan bukan untuk saling menelanjangi dan menjatuhkan satu sama lain. Keterbukaan adalah respon dari dorongan hati seseorang untuk bertobat dan memulai belajar untuk membangun kekudusan.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button