RenunganSpiritualitas

Apakah Tuhan menjadi Kebahagiaan Kita?


joy.jpg.653x0_q80_crop-smart

Beritamujizat.com-Spiritualitas-Renungan Kebahagiaan adalah puncak dari semua hal yang manusia inginkan. Semua jerih payah dan usaha yang manusia yang lakukan semata-mata hanya untuk mendapat sebuah kebahagiaan. Berkomunitas, belajar, berkarier, dan berkeluarga adalah bentuk nyata usaha yang dilakukan manusia sehari-hari dalam rangka mendapatkan kebahagiaan.

Bahkan dalam upayanya mendapatkan kebahagiaan, manusia malah terjebak dalam kegilaan yang luar biasa. Mereka rela membunuh, menipu, membuang rasa malu, dan rela melakukan tindakan yang sangat jahat asalkan mendapatkan ganjaran kebahagiaan.

Yang lebih parahnya lagi, banyak orang mencoba melawan kodrat Ilahi dengan berusaha mengubah gender dan mengekplorasi hasrat seksual yang tidak sewajarnya hanya untuk mencari sebuah kesenangan.

Melihat ini tentu kita tau mengapa banyak anak-anak Tuhan dengan mudah meninggalkan Tuhan, sulit tertanam di dalam gereja, atau memiliki tidak kerinduan untuk melayani Tuhan. Jawabannya jelas karena mereka belum sepenuhnya yakin bahwa Tuhan adalah puncak kebahagiaan yang mereka dapatkan.

Meyakinkan bahwa Tuhan adalah puncak kebahagiaan tidaklah sesederhana menceritakan amarah Tuhan ketika kita berbuat dosa. Masih banyak sekali hal masih misteri apabila kita mau menjadikan Tuhan sebagai pusat kebahagiaan.

Akan tetapi apabila kita dapat menemukannya dalam kebenaran firman Tuhan, maka kita akan seperti orang yang menemukan permata yang tak ternilai harganya. Alkitab mencatat kisah-kisah orang yang menemukan Tuhan sebagai pusat kebahagiaan yang sejati.

Ditengah banyaknya tawaran kebahagiaan yang rapuh yang coba ditawarkan dunia melalui narkoba, seks, pornografi, gaya hidup yang sia-sia, menemukan Tuhan sebagai pusat kebahagian adalah bagian penting dari perjalanan spiritual kita.

“Apakah Tuhan adalah puncak kebahagiaan saya?” adalah pertanyaan teologis yang menjadi pertanyaan pribadi setiap orang. Pertanyaan ini harus menjadi dasar untuk membangun, mengajar, maupun melayani.

Tanpa dasar ini, anak-anak Tuhan akan memiliki iman yang rapuh karena meskipun mereka tetap melakukan aktivitas rohani dengan rajin, akan tetapi hidup mereka masih bergantung pada kebahagian yang rapuh yang sewaktu-waktu akan menggrogoti iman mereka.

Semoga kita semua seperti seseorang yang menemukan permata yang diibaratkan Tuhan Yesus ketika Dia mengajar. Ketika kita menemukan permata tersebut kita akan tau bahwa kita mendapat kasih  karunia yang sangat besar dan tak ternilai harganya.

 

Penulis  : Gilrandi ADP (Intitut Karismatik Reformasi Indonesia)

Sumber gambar

 

 

Comments

Related Articles

Back to top button