Mandat BudayaPoleksosbud

Mako Brimob Digoyang, Genderang Perang Telah Terdengar


mako brimob

BeritaMujizat.com – Poleksosbud – 1 tahun Ahok dipenjara dirayakan dengan aksi terorisme (bukan cuma kerusuhan) di Mako Brimob, bakar-bakaran di dekat perumahan Kodam Pondok Indah, gagalnya usaha hukum HTI di pengadilan, dan diputarnya secara serentak film 212, Power of Love, di bioskop, ditambah secara geopolitik, pemilihan umum yang keras di Malaysia.  Apakah semua ini kebetulan?

Kerusuhan di Mako Brimob yang memakan korban 6 orang (5 polisi, dan 1 tahanan) tidak bisa sekedar disebut kerusuhan biasa. Cara korban (para polisi) dihabisi adalah pesan yang jelas bahwa ini adalah perbuatan terorisme.

Beraninya para teroris ini mengambil alih Mako Brimob bahkan membantai diluar perikemanusiaan membuat kita harus menengok kembali apa yang terjadi dalam 2 tahun terakhir di Pilkada DKI Jakarta, dan 14 tahun terakhir terutama di masa kepemimpinan SBY.

2 tahun terakhir, suhu politik meningkat dengan ledakan di Pilkada DKI 2017 yang didorong demo 411 dan 212. Demi kekuasaan politik, para oportunis sektarian (nasionalis tapi menggunakan agama sebagai sumber pemilih elektoral) secara ceroboh menunggangi para preman dan radikalis.

Dosa para oportunis sektarian ini adalah dosa sejarah yang harus ditulis dan tidak boleh dilupakan. Mereka bisa mengatakan itu hanya permainan politik Pilkada, tapi realitasnya mereka telah membuka kotak pandora yang sangat berbahaya, dan terbukti telah memakan korban nyawa.

Tidak heran, ISIS segera mengklaim teror di Mako Brimob (sumber). Tunggang-menunggang dalam dunia politik adalah hal biasa, semua demi pemilih, yang akhirnya demi kekuasaan. Meskipun demikian, politisi yang memiliki hati bangsa, dan jiwa kenegaraan, tidak akan mau melacurkan nilai-nilai demi posisi, Jokowi dan Ahok adalah contoh yang langka untuk ini.

Sebab itu, kelompok opotunis sektarian yang sekarang sebagian sudah berkuasa dan hendak menggoyang pemerintahan Jokowi harus terus diwaspadai dan jangan diberi kesempatan untuk pemain lain memegang kekuasaan di bumi pertiwi ini melalui Pilkada 2018, atau bahkan Pilpres 2019.

Sementara itu, para preman dan radikalis yang menemukan momentum di Pilkada DKI 2017 terlihat tidak mau kehilangan kesempatan dan terus mendesak untuk mendapatkan legal standing di Indonesia.

Lebih tidak sedap lagi, tersinyalir masih ada kekuatan poros baru yang mencoba mengambil kesempatan dengan menggunakan mereka lagi, persis seperti Pilkada DKI 2017. Lagi-lagi para oportunis sektarian yang sudah tersebar di semua lini kehidupan NKRI.

Aksi teroris di Mako Brimob adalah wake up call bagi kita semua. Genderang perang para drakula kekuasaan sudah dibunyikan. Perlu dicatat, kekalahan Najib Rasak di Malaysia yang tidak terduga sebelumnya ikut mengekalasi suhu politik karena para radikalis ini mendapat asupan energi dan dukungan besar dari negeri jiran ini.

Perubahan kepimpinan yang radikal dan korup Najib, ke model Mahathir Mohammad yang lebih mengedepankan kemajuan ekonomi dan negosiasi jelas tidak menguntungkan mereka.

Sebuah perubahan yang drastis sedang terjadi, sebagai orang percaya kita semua percaya bahwa sebuah “suddenly” sedang terjadi, Tuhan sedang melepaskan mandatNya ke bumi untuk dilaksanakan. Biarlah kerajaanNya datang, dan kehendakNya jadi.

 

Penulis : Hanny Setiawan

 

 

Comments

Hanny Setiawan

Seorang biasa dari keluarga biasa yang dipanggil oleh Tuhan yang luar biasa untuk membangun Indonesia Baru. Indonesia baru yang akan membawa kembali api pergerakan dari Timur sampai Yerusalem melalui Asia Tenggara, India, sampai Timur Tengah. #destiny

Related Articles

Back to top button