Mandat Budaya

Kebenaran Ilahi vs Kebenaran Manusia dalam dunia Pendidikan


f80f09d2f50c1b68dc48618c05731094

Beritamujizat.com – Pendidikan –Pendidikan kerohanian menjadi agenda utama pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan kerohanian bahkan harus diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini (PAUD). Kurikulum nasional juga dirangcang untuk mencapai tujuan tersebut.

Tidak hanya di sekolah saja, keluarga dan komunitas agama juga didorong untuk mendukung agenda pendidikan ini. Berbicara tentang pendidikan kerohanian kita harus kembali pada filosofi tentang Tuhan.

Ada dua pertarungan besar dalam filosofi tentang Tuhan adalah yaitu God-Centered vs human-centered. God-centered percaya bahwa Tuhan adalah pusat dari segalanya. Sedangkan human-centered ini bahwa manusia adalah pusat dari semesta.

Filosofi ini muncul dalam perdebatan besar antara manusia sebagai ciptaan dan manusia sebagai hasil sebuah dari revolusi (teori Darwin). Akan tetapi bentuk nyata pertentangan ini tidakah sesimpel peperangan Tuhan melawan setan.

Peperangan ini ada dan melekat dalam hidup manusia sehari-hari yaitu pola pikir manusia. Selain itu ada banyak dimensi yang membuat perang ini semakin untuk dimengerti. Paulus mendifinisikan pertentangan ini sebagai pertentangan Tuhan dengan dunia.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Kata dunia dipilih untuk menunjukan realita sesungguhnya dari perdebatan ini. Tuhan Yesus juga pernah menyebut dunia sebagai subjek yang tidak dapat menerima diriNya.

Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Yoh 15: 19

Rumitnya filosofi yang menjadi akar dalam sebuah pendidikan sayangnya tidak dikuti dengan ketetapan kurikulum maupun cara kita kita mengajar. Alhasil pembejaran kerohanian hanya berhenti pada kegiatan belajar mengajar biasa tanpa terjadi progres yang nyata.

Lebih parahnya lagi, kita seringkali menggunakan pendekatan human-centered untuk memahami Tuhan. Hal tersebut justru membuat orang frustasi dan gagal faham tentang Tuhan. Oleh karena itu harus ada transformasi pendidikan Kristen dimulai dari akar utama pendidikan.

 

 

 

Comments

Related Articles

Back to top button