Mandat BudayaPoleksosbud

Akankah Pemilih Kristen Banyak yang Golput dalam Pemilu 2019 Nanti?


Gambar diambil dari laman berita www.banjarmasin.tribunnews.com

BeritaMujizat.com – Poleksosbud – Pemilihan capres dan cawapres kali ini sebenarnya sudah tidak mengagetkan lagi. Siapapun yang terpilih menjadi capres dan cawapres tentu tidak akan dipilih dari tokoh Kristen, apalagi orang Kristen yang sangat berfikiran progresif seperti Ahok.

Seperti dugaan banyak orang juga, kekuatan gerakan 212 yang menumbangkan Ahok menjadi rebutan semua pihak untuk dirangkul. Asumsi tersebut terbukti dengan terpilihnya Ma’aruf Amin sebagai cawapres pendamping petahana Jokowi.

Ma’aruf Amin adalah ketua MUI yang mempunyai peran sangat vital pada tubangnya Ahok dalam kasus penistaan agama. Keterangan beliau sebagai ahli agama menjadi pertimbangan penting hakim untuk menghukum atau membebaskan Ahok.

Dalam keterangan disebuah media berita, Ma’aruf Amin dengan tegas menyatakan bahwa beliau adalah salah satu penggerak gerakan 212 yang berdemo berjilid-jilid di Monas dalam kasus penistaan agama Ahok (sumber). Selain menjadi penggerak, beliau juga menjabat ketua dewan penasehat koperasi 212 yang keanggotannya dibentuk setelah aksi demo 212

Pada kubu capres dan cawapres yang lain kekuatan gerakan 212 juga menjadi kekuatan utama untuk pemenangan pemilu. Terpilihnya Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo menunjukan kosistensi kelompok ini untuk menggantungkan kekuatan pada gerakan 212.

Sandiaga Uno adalah tokoh yang diusung gerakan 212 untuk mengalahkan Ahok pada pilkada DKI yang lalu. Sandiaga Uno adalah bukti nyata bagaimana kekuatan 212 mempunyai pengaruh yang besar sistem politik di Indonesia.

Ini tentu menjadi hal cukup sulit bagi pemilih Kristen dalam menetukan pilihan pada pemilu mendatang. Kedua pihak terdapat kekuatan 212 yang coba dirangkul untuk memenangkan pemilu. Kelompok-kelompok yang menolak esistensi kepemimpinan Kristen sekarang menjadi kekuatan yang diperebutkan.

Kecewaan umat Kristen tentu saja muncul karena capres dan cawapres yang muncul bukan pilihan yang ideal bagi pemilih Kristen. Melihat kenyataan ini apakah kita pemilih Kristen lantas segara beralih untuk menjadi golput?

Sebelum memilih untuk menjadi golput dan menjadi apatis pada proses politik yang ada saat ini, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan kembali. Yang pertama jika kita memilih untuk golput dan bahkan apatis pada proses politik yang terjadi, politisasi agama akan semakin berkuasa.

Dalam kondisi politik yang sedang carut marut seperti ini Gereja harus menyuarakan kenabian dan berdoa rencana Tuhan atas bangsa ini tetap terjadi. Yang kedua apabila kita memilih golput dan apatis kita sebenarnya sedang memperberat orang-orang benar yang sedang ada dalam pusaran politik.

Munculnya capres dan cawapres kali ini menunjukan wajah politik Indonesia yang sebenarnya. Ada kelompok oportunis, kelompok ekstrimis agama, dan kelompok-kelompok kepentingan yang selama ini berusaha atas Indonesia. Orang benar yang membawa perubahan tentu akan disingkirkan dan dihalangi untuk berkuasa.

Mereka selalu tidak tinggal diam dengan gebrakan yang dilakukan orang-orang benar dalam politik yang membawa sebuah perubahan. Mereka mencoba segala cara agar mereka tidak kelihangan posisi dan kekuasaan. Bukan suatu masalah bagi mereka untuk menjadi pendukung atau oposisi pemerintah.

Apapun mereka lakukan asal kekuasaan tidak hilang dari tangan mereka. Dalam hal ini kita perlu melihat kembali adakah orang benar yang mewakili suara pembaruan dalam proses politik ini? jika ada sebaiknya kita tetap dukung meskipun partner politiknya adalah dari kelompok yang tidak ideal.

Yang terahkir kita umat Kristen mempunyai tugas untuk berdoa bagi berlangsungnya rekosiliasi bangsa. Oleh karena sentimen pribadi harus kita singkirkan dan berusaha melihat maksud Ilahi dibalik semua ini. Kita harus percaya bahwa janji Tuhan atas Indonesia yang telah banyak dinubuatkan akan terjadi dan tidak semata bergantung pada hasil pemilu.

 

Penulis : Gilrandi ADP

 

Comments

Related Articles

Back to top button