Editorial

Tiga Aliran Besar Mewakili Mandat Baru Untuk Ekklesia di Indonesia


BeritaMujizat.com – Editorial – Misi apostolik baru yang telah dinyatakan kepada Tubuh Kristus secara global akhirnya membawa kepada momentum baru untuk Ekklesia di Indonesia (baca : Tubuh Kristus di Indonesia).

Baca : Misi Apostolik Untuk Era Baru

Setelah kemerdekaan 1945, Indonesia membutuhkan waktu 4 tahun sebelum akhirnya menyelesaikan perang kemerdekaan di 1949. Secara profetis, 70 tahun Indonesia merdeka yang sudah selesai di 2015 masih menyisakan “perang kemerdekaan” sampai akhirnya 2019 Indonesia benar-benar selesai dan independen.

Dalam waktu 3 tahun terakhir, telah terjadi penyelarasan global dengan 70 tahun Israel merdeka di 2018 ini. Dalam waktu 1 tahun kedepan adalah waktu yang penting bagi Indonesia untuk menerima kedaulatan secara de fakto dan utuh, setelah secara legal 70 tahun Indonesia sudah selesai di 2015.

Sebab beginilah firman Tuhan kepadaku: “Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka segala kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tinggal sejumlah kecil saja, sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya.” (Yes 21:16)

Ayat diatas dinyatakan dalam Kingdom Family Conference 2018 di Solo, ketika berdoa untuk Abrahamic Family (Keluarga Abraham). Inilah aliran utama kegerakan di Indonesia yang dinantikan Tubuh Kristus secara global, pulangnya Ismael ke rumah Abraham (Yes 60:7).  Apakah Ekklesia di Indonesia sudah siap dengan ini?

Pertemuan antara Ismael dan Ishak adalah puncak dari rekonsiliasi keluarga Abraham yang pada akhirnya akan membentuk keluarga Kerajaan (Kingdom Family). Dalam bahasa yang lebih jelas, kita akan melihat bagaimana Ekklesia di Israel (Ishak), Arab (Ismael), dan Internasional (gentiles) menjawab doa Yesus di Yoh 17, menjadi satu Tubuh, mempelai Kristus.

Aliran kedua yang tiba-tiba muncul adalah kebangkitan suku-suku Indonesia. Roh Kudus sebagai inisiator penggerak utama Misi untuk memenuhi mandat Yesus Kristus telah memulai membangun Ekklesia di Indonesia melalui suku-suku, yang akhirnya termanifestasi di gereja-gereja suku Indonesia.

GKJ (Gereja Kristen Jawa), GBKP (Gereja Batak Karo Protestan), GPM (Greja Protestan Maluku), GST (Gereja Sidang Tuhan), dan banyak lagi gereja-gereja tradisional yang menerima Injil yang pertama ditanahnya masing-masing, saat ini adalah kairos bagi umat ini untuk bangkit dan menjadi pasukan kerajaan surga yang sudah disiapkan Tuhan sejak lama.

Ketika gereja-gereja modern berlomba dan fokus dengan generasi milineal, tapi kegerakan akar rumput berbasis kesukuan justu adalah kunci bangkitnya Ekklesia di Indonesia.

Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka (Wahyu 7:9)

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Itulah identitas Indonesia yang asli yang hendak dikembalikan Tuhan. Semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai manifestasi dari identitas Indonesia menjadi kunci utama bangkitnya Indonesia.

Kepulauan Indonesia inilah yang kita kenal dengan sebutan Nusantara. Secara global, Nusantara bisa dikatakan sebagai “Greater Indonesia”, dan pengaruhnya secara budaya sampai kepada kepada negara-negara Asia Tenggara sekarang ini.

Greater Indonesia ini secara global menjadi jembatan bagi Greater China dan Greater India.  Ketiga bangsa ini China, India, dan Indonesia memiliki pengaruh terbesar di Asia secara keseluruhan.  Secara kebudayaan, Indonesia lebih dekat dengan India daripada dengan China.

Bahkan, Indonesia secara etimology disebut pulau-pulau India. Ada destinasi dari kebangkitan-suku-suku di Indonesia dengan suku-suku di India. Jadi, kebangkitan suku-suku (tribal revival) di Indonesia adalah kunci yang akan membuka pintu berabad-abad di India.

Tidak kebetulan apabila Api Asian Games 2018 di ambil dari New Delhi, India dan kemudian dipertemukan dengan api abadi di Mrapen Indonesia. Convergence-nya kedua api ini membawa kepada semangat Asian Games 2018 “Energy of Asia”.

Pesan-pesan profetis yang ada terlalu jelas untuk diabaikan. Aliran pergerakan kebangunan suku-suku harus dikerjakan lebih serius. Ini waktunya Ekklesia dari suku-suku Indonesia harus bangkit dan mengambil tongkat kebangunan Ekklesia di Indonesia.

Aliran ketiga adalah apa yang disebut generasi ke-empat. Setelah Abraham, Ishak, dan Yakub, lahirlah Yusuf yang menguasai dunia melalui kerajaan Mesir. Generasi keempat ini berbicara tentang pergerakan pemuda, remaja, sampai sekolah minggu.

Anak – anak yang berumur dibawah 25 tahun, bahkan mayoritas diantara rentang umur 12-22th akan mengambil posisi kepemimpinan pergerakan. Apostolik Profetik diusia yang sangat muda akan muncul dengan cara yang sangat supranatural.

Firman Tuhan kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.  Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”  (Kej 15:13-16)

Berbeda dengan kebangunan rohani pemuda dimasa-masa lalu. Di mandat yang baru ini, beberapa generasi akan berjalan bersamaan.  Bahkan 4 generasi berjalan bersamaan. Generasi yang di umur 40-an kan menjadi Bapa-Bapa baru, yang diumur 30-an menjadi bridging generation (generasi yang menjembatani, yang diumur 20-an menjadi pemimpin-pemimpin baru, dan yang dibawah 20 menjadi pasukan yang sangat besar.

Tua dan muda, guru dan murid, membuang undi  mengenai tugasnya (I Taw 25:8)

Artinya, bukan hanya model Elia-Elisha yang tongkat pergerakan diberikan, tapi kali ini inter generasi akan berjalan bersamaan menjadi satu tim.  Ini membutuhkan Culture of Honor (budaya menghormati) yang sangat kuat.  Perbedaan budaya, pandangan, mandat untuk masing-masing generasi, bahkan sampai kedewasaan rohani akan membuat tingkat kesulitan apostolik yang tinggi.

***

Kembalinya Ismael, kebangkitan suku-suku, dan pelayanan intergenerasi menjadi tiga aliran utama yang harus didepan. Masing-masing aliran (streams) membutuhkan kepemimpinan apostolik dan ketiganya menjadi satu keluarga kerajaan (Kingdom Family) yang saling melengkapi.

Mandat baru ini harus diresponi setiap gereja lokal, pelayanan, dunia usaha, dan misi-misi politik, sosial, dan budaya.  Ground breaking dari pembangunan Ekklesia di Indonesia di musim yang baru dipercaya sudah selesai.  Ini waktunya seperti Daud di Hebron, kita melihat 7 tahun kedepan untuk bersama-sama membangun Indonesia Baru.  Inilah Waktunya!

Sebuah catatan pribadi yang bisa dibagikan, David Demian pemimpin dari Family Journey memberikan sebuah konfirmasi singkat secara langung sebagai berikut:

We are standing with you all in Indonesia at this time. You are in our prayers and we believe this is Indonesia time. As ONE.
Love you
(David Demian)

 

Penulis : Hanny Setiawan

 

 

Comments

Hanny Setiawan

Seorang biasa dari keluarga biasa yang dipanggil oleh Tuhan yang luar biasa untuk membangun Indonesia Baru. Indonesia baru yang akan membawa kembali api pergerakan dari Timur sampai Yerusalem melalui Asia Tenggara, India, sampai Timur Tengah. #destiny

Related Articles

Back to top button