KolomTeologi

Mungkinkah Rekonsiliasi Keluarga Abraham dapat Terjadi?


BeritaMujizat.com – Kolom – Fanatisme agama yang semakin sempit menjadi tantangan besar yang harus dihadapi umat manusia saat ini. Peperangan atau konflik yang dilatarbalakangi urusan agama memunculkan penderitaan yang sangat besar bagi umat manusia.

Penderitaan yang dimunculkan akibat konflik dengan motif agama tidak kalah mengerikan dibanding perang dunia yang pernah terjadi. Jutaan orang harus kehilangan nyawa dan tempat tinggal mereka akibat konflik dengan motif agama yang terus terjadi

Dibeberapa tempat bahkan terjadi upaya genosida yang menyasar suatu masyarakat dengan agama atau kepercayaan tertentu. Mereka dihabisi dan terus ditekan hanya karena ingin melanggengkan eksistensi agama tertentu.

Fanatisme agama yang semakin sempit ini tentu saja menghalangi manusia untuk mengerti kebenaran yang sejati tentang Tuhan. Kerinduan mengenal gambaran yang benar dan utuh tentang Tuhan kemudian harus berhenti diruang privat masing-masing agama.

Luka dan penderitaan umat manusia yang diakibatkan perang dan konflik dengan motif agama mendorong banyak orang kemudian mencari alternatif.  Pilihan yang mereka pilih adalah kembali percaya bahwa tidak ada Tuhan (atheis), atau percaya kepada Tuhan yang banyak (politheis).

Gerakan eksodus kepada atheis dan politeis bahkan kini menjadi suatu gerakan besar yang menyeret banyak anak-anak muda. Gerakan eksodus kepada athies dan politheis kini bahkan telah bertransformasi menjadi “agama” baru yang kemudian menekan agama-agama yang percaya pada Tuhan yang maha Esa.

Mungkinkah Rekonsiliasi Keluarga Abraham Terjadi?

Konflik agama yang terus terjadi saat ini tidak dapat dilepaskan dari konflik yang terjadi pada keluarga Abraham waktu lampau. Konflik yang merebutkan siapa keturunan yang berhak mendapat janji yang Tuhan berikan pada Abraham menjadi akar konflik antar agama yang saat ini terus terjadi.

Satu-satunya cara agar konflik antar agama dapat berhenti  adalah terjadinya rekonsiliasi antara keturunan Ishak dan Ismael yang merupakan anak-anak Abraham.  Akan tetapi hal tersebut apakah mungkin terwujud?

Dari sudut pandang iman Kristen, rekonsiliasi keluarga Abraham menjadi sesuatu yang bukan mustahil terjadi. Rekonsiliasi keluarga Abraham dapat terjadi dengan perantara Kristus sebagai juru selamat dan pendamai antara Tuhan dan manusia.

Melalui Kristus, baik keturunan Ishak dan keturunan Ismael menjadi umat pilihan Allah karena kasih karunia, bukan karena perbuatan daging atau karena mengikuti aturan agama. Kritik yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap ketergantungan hukum taurat yang mengikat bangsa Israel menjadi sangat krusial bagi kepimilikan hak atas bangsa pilihan.

Meskipun begitu Tuhan tidak serta merta mengambil hak tersebut dari bangsa Israel dan diberikan kepada bangsa lain. Melalui Kristus hak untuk menjadi umat Allah justru diperluas bukan hanya kepada bangsa Israel saja.

Karya penebusan Tuhan Yesus jelas menghancurkan tembok pemisah antara bangsa pilihan dan bukan pilihan yang ditentukan oleh hukum taurat yang dimiliki secara eksklusif oleh bangsa Israel.

Kasih karunia yang dimaksud menunjukan bahwa janji Allah yang diberikan kapada keturunan Abraham bukan hanya diberikan berdasakan keturunan daging saja, melainkan melalui iman percaya kepada juru selamat.

Hal ini diungkap secara jelas pada kitab Roma pasal 4 yang secara spesifik membahas tentang Abraham. Oleh karena itu dalam iman Kristen, Tuhan sebenarnya bukan milik ekslusif satu suku atau kaum saja. Jika bukan milik eksklusif, Tuhan harusnya tidak perlu diperebutkan hingga saling bunuh.

Jika tidak perlu saling berebut klaim tentang kepemilikan Tuhan, rekonsiliasi keturunan Ishak dan Ismael seharusnya dapat dilakukan.

 

Penulis : Gilrandi ADP

Comments

Related Articles

Back to top button